Nasyid kami adalah pelita,penerang kegelapan dunia,penyinar jiwa-jiwa mujahadah,melangkah tegap gapai syahadah... Nasyid kami adalah bara api,pembakar peradaban jahili,lentera jiwa-jiwa mu'min sejati,setia menunaikan tugaskan suci...

Sabtu, 30 Oktober 2010

Brigade Jihad – Bangkitlah Umat


Kami tak akan pernah henti
Merentas jalan panjang ini
Biarkanlah musuh tuk menghadang kami
Tapi langkah ini terus maju

Kami tak akan pernah takut
Hadapi mereka yang pengecut
Hapus kezaliman, tumbang kebatilan
Insya allah umat akan menang

Reff:
Bangkitlah wahai umat
Jangan hanya terdiam
Melihat kebathilan dan bengisnya kezaliman
Mari bergandeng tangan
Kita raih kemenangan
Nyalakan cahaya islam
Bangkit umat menjelang

Kami tak akan pernah henti
kami tak akan pernah takut
Teruslah melaju tanpa rasa ragu
Umat ini pasti akan menag

Brigade jihad – Doa sang mujahid


Allah kuatkan kami melangkah padamu
Allah tunjukan kami jalan padamu
Teguhkan hati hambamu
Tekadkan azam jihadku
Kuakan terus melaju
Menuju pintu ridhomu

Allah sabarkan kami dalam ujianmu
Allah ikhlaskan kami hanya padamu
Niatkan hamba selalu
Berjuang hanya untukmu
Kubuang jauh duniaku
Zuhudkan pada jannahmu

Allah kuyakin engkau illah bagiku
Allah kuyakin engkau penolong tentaramu
Kuhanya mohon padamu
Bergantung hidup darimu
Tiada sekutu bagimu
Engkaulah tuhan yang Satu

Allah hidupkan kami dalam muliamu
Allah matikan kami dalam syahidmu
Kijanji seyia padamu
Tegakkan panji islammu
Istiqomahkan selalu
Berda’wah demi agamamu

Rabu, 27 Oktober 2010

Kamis, 21 Oktober 2010

Nasyid Gondes


GondeS dibentuk pada tgl. 20 Maret 2003 bersamaan peluncuran perdana PKS di Monas Jakarta. Karena Allah SWT belum mengizinkan GondeS tampil di acara tersebut akhirnya debut pertama GondeS adalah mengikuti Festifal Nasyid Nusantara bulan April 2003 di IPB Bogor. Dengan niat untuk memperkenalkan diri sebagai nasyid dengan warna parodi yang mengubah (bahasa tidak bakunya mlesetin) lagu2 populer masa kini/masa lalu maupun lagu2 nasyid yang sudah akrab di telinga para pecinta nasyid. Hasilnya..? GondeS sukses menjadi peserta yang mendapat applous, tepuk tangan tergemuruh, sampai pihak perwakilan rektorat IPB secara khusus bincang2 dengan GondeS dan menyatakan apresiasinya karena GondeS berani tampil beda dan mampu menyampaikan nasyid dengan aksen ringan, tidak terlalu serius dan tidak menggurui, tetapi pesan dakwahnya tetap dominan, sehingga diharapkan dapat mencuri hati kalangan muda yang masih ogah-ogahan atau yang baru saja kembali dalam pangkuan dakwah/tarbiyah.


Setelah itu undangan untuk mengisi berbagai acara baik di Kampus, SMA, Mabit, sunatan, walimahan (ini yang paling banyak), PKS, Hotel, Sabili, Ramadan Bersama Riska di Mall2 / Plasa2 ternama di Jakarta, siaran di radio dan sebagainya, mengalir kian deras bak sungai Ciliwung, Jakarta.

Mulanya, seiring dengan makin sering tampilnya GondeS, ada masukan, yang intinya apakah GondeS tidak khawatir bila banyak audiens yang lebih suka GondeS karena lucunya bukan karena nilai2 dakwahnya. Dengan serius GondeS musyawarah dan sepakat untuk belajar menciptakan lagu2 haroki. Ternyata lagu2 haroki GonseS lumayan mendapat tempat di hati para pecinta nasyid, walaupun belum sedahsyat lagu2 haroki dari tim2 nasyid pendahulu GondeS. Sejak itulah GondeS dalam setiap penampilannya selalu mengombinasikan antara lagu2 parodi 80% dan haroki 20% (mulanya / awalnya sih… 70% : 30%).

Dalam rentang waktu kurang lebih 1 tahun, pada pertengahan Januari 2004 GondeS dengan PeDe tinggi dan doa tentunya, silaturrahim ke Akhi Fajar TP, Bos BSP Record 021-7993351, menawarkan kerja sama untuk membantu rekaman album perdana GondeS. Alhamdulillah Akhi Fajar memberi kepercayaan dan kesempatan kepada GondeS untuk rekaman album perdana GondeS berjudul GELORA JIHAD dengan lagu andalan lainnya JIHAD PKS 2004/PILEH NO.16 dalam kurun masa 1,5 bulan, kelar. Peluncuran perdana album GELORA JIHAD pada tanggal 20 Maret 2004 di GOR Brojo Sumantri Kuningan Jaksel bersamaan dengan kampamye PKS putaran pertama untuk wilayah Kuningan Jaksel, yang dihadiri oleh Ust. Hidayat Nur Wahid, Ust. Ahmad Heriyawan, Ust. Igo Ilham, Anneke Puteri dan para tokoh PKS lainnya yang tidak bisa GondeS sebutkan satu persatu. Diluar dugaan, dan tentunya ini semua atas izin Allah SWT, sambutan para pecinta nasyid sungguh luar biasa bagusnya sampai bikin GondeS terharu, bahkan Ust. Hidayat Nur Wahid secara pribadi mengucapkan terima kasih atas kontribusi GondeS untuk dakwah PKS. Masa2 kampanye PKS itulah GondeS gunakan sekaligus untuk promo album, yang antara lain meliputi wilayah DKI, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi, dan Kerawang. Kalau dalam hal distribusi kaset, BSP Record bekerja sama dengan Fatahilah, dan sampai sekarang telah dirilis 5.000 keping kaset (yang udah beli kaset GondeS mudah2an masuk syurga, yang belum beli kaset GondeS mudah2an tidak masuk… angin).

Kenapa di kaset GELORA JIHAD kok lagunya nggak ada yang parodi, hayo..? Begini ceritanya. Alasan pertama dan utama adalah karena GondeS belum punya investasi untuk membiayai rekaman lagu2 parodi, disebabkan GondeS harus membayar royalti/paten si pencipta lagu yang GondeS parodikan jika direkam, kalau untuk live show sih tidak perlu itu, meskipun etisnya sih tetep bayar lah yau. Jadi alasan kedua… tidak ada. Artinya jika ada relawan yang ikhlas membantu doku/fulus ke GondeS untuk rekaman lagu2 parodi, wow… subhanallah bangeeeet. Pertengahan Juli 2004 Akhi Fajar Bosnya BSP Record meluncurkan album parodi haroki (GondeS nyumbang 2 lagu, walau cuma 1 lagu yang parodi dan 1 lagi haroki asli, gak papalah buat terapi percobaan pasar nasyid, eh tapi yang lagu parodi original ciptaan GondeS loh…), dengan label GondeS DILEMA HATI kompilasi dengan tim nasyid Al Asyraf (Kalimantan), Inspirasi (Sumatera), Haluoleo (Sulawesi), Azzam (STAN Jakarta) dan Dzikrun Nada (sebuah SMA di Jakarta).

Ada Ibu2 yang bertanya, "Apakah ndak ada nama yang lebih Islami dari GondeS, toh Mas?"
Kami jawab dengan filosofi, caile, dan gantian GondeS nanya ke Ibu2 tadi, "Apakah yang boleh dakwah hanya Abdussalam, Abdurrahman, Abdul Aziz dan Hadijah atau Fatimah?, terus apakah Paijo, Frengky, Paidi, Bram, Tugiyo, Tukiyem, Shinta, Tamara, Tuminah dan sebagainya tidak boleh berdakwah? nggak kan? Nah kalau begitu, yang boleh bernasyid tidak hanya Izzatulislam, Arruhul Jadid, atau Shoutul Harokah donk? ya nggak? Jawab sendiri Coy…."
Bahkan, kalau GondeS boleh 'protes balik', apakah nama tim nasyid seperti Brother, Snada, F-One, Justice Voice, dsb itu Islami? ya ndak lah… itu Inggrisi / Indonesiai, kebetulan saja GondeS itu jawani sehingga dianggap tidak islami. Ugh… sebel dech.
Tapi ndak papa loh karena masukan dan kritikan itu tanda cinta kepada GondeS, ehm… romantis syekallee..! Dan untuk visioner, GondeS ingin memberikan nuansa edukasi, bahwa dalam dakwah itu kita jangan selalu terkungkung dengan label atau nama dan tampilan luar yang rentan abrasi, tapi harus lebih kita tekankan pada substansi, karena mendakwahi tukang becak dengan tukang insinyur itu konstelasi trik dan strateginya harus beda dimensi (Hiiii... ngomongnya sok ilmiah nih ye).

Kemudian kalo mau ngundang GondeS yang penting diantar jemput (dalam kota via taksi no problem asal argonya dibayarin, mikrofonnya 6 buah, sound system ada mixernya yang oke, kalo acara tidak di masjid ada drumnya lebih joss, belum dibooking orang, dan… tidak pasang tarif mematikan tapi juga tidak gartis gitu loh, nego..nego tetep ada, fantastis khan..? Ya iyalah… GondeS terima berapapun mampunya panitia yang ngundang. Untuk dakwah bok… jangan sampai tarif menghambat lajunya dakwah, huh..! Takutnya kalo GondeS minta 2 jeti tapi panitia sebenarnya mau ngasih 5 jeti?, khan panitia bisa tersinggung nantinya..!

Oke deh… segini dulu ya sinopsis GondeS (Urut foto : JQ, GusFoel, Faisal, Edo, Lutfi, Rivai, & Yudi drummer) doain GondeS tetap lurus niat ya, tenang… kalau ada ide baru, baru BERSAMBUNG.

GondeS..? Ya Sih..! (ngucapinnya kaya Dian Sastro)

Base Camp GondeS : Jln. Bangka 3-A No.3 Rt.9 Rw.3 Pela Mampang, JakSel 12720 HP 0813-111-30-757 (GusFoel)

Rabu, 20 Oktober 2010

ZERO nasheed


Bermula dari kesamaan hobby, bakat serta pengalaman dari berbagai team Nasyid. Ditambah dengan adanya kesamaan ‘impian’ untuk memiliki team nasyid yang solid sebagai wadah perjuangan dalam mensyi’arkan ISLAM yang universal, agar dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja. Segala perbedaan karakter dan latar belakang yang ada, terjalin indah dalam sebuah Team Nasyid yang secara resmi terbentuk pada tanggal 1 Januari 2006 yang mereka sebut “ZERO”, yang menurut Hendri (salah seorang personil ZERO), nama tersebut dipilih sebagai motivasi, "betapapun mungkin kami tak mempunyai nilai apa-apa, tapi kami akan terus berjuang untuk memberi arti bagi kehidupan ini. Sebagaimana angka nol yang meski tak mempunyai nilai tapi sangat berarti. Juga untuk mengingatkan, bahwa kami bukan apa-apa, hanya DIA-lah yang maha segala-galanya." Ungkapnya.

KONSEP MUSIK
Konsep yang diusung ZERO dalam bernasyid ialah universalitas. ZERO mengangkat tema-tema Perjuangan, Keagungan ALLAH, Kemanusiaan, dan -tentunya- Cinta yang dikemas dengan mengadopsi musik R&B, Hip-Hop, Pop, dan sedikit sentuhan orkestra. Dengan konsep ini, ZERO berharap dapat lebih mudah menyampaikan “pesan-pesan” yang terkandung dalam lirik-lirik nasyid yang dibawakan.

Awan Acapella Nasyid


Berdiri pada 04 Februari 2007, tim nasyid yang mengambil jalur genre acapella ini melejit prestasinya setinggi nama yang mereka sandang. Awan juga aktif menciptakan lagu-lagu sendiri. Konsep bernasyid AWAN adalah entertaining nasyid dengan kekuatan perkusi dan acapella berformat band. AWAN saat ini digawangi oleh 5 personil dengan karakteristik uniknya masing-masing. Mereka adalah: Didik Husada (Choir 1) Hari Nugraha (Choir 2) Hendro Puspito Aji (Bass) Rizki Novandi (Vokal), dan Tedy Zulqirofik (Perkusi)

Jumat, 01 Oktober 2010

Sejarah Nasyid

Seni Islam nasyid sudah sejak pertengahan tahun 80-an masuk ke Indonesia. Meskipun masa itu merupakan hiburan yang baru dan hanya berkembang di sekolah tinggi dan universitas, namun nasyid menjadi ikon bagi para intelektual dan perlahan berkembang ke luar kampus.


Musik Kolak
Bukan hal baru lagi kalau nasyid mendapat julukan musik ‘kolakan’, musik ramadhan, karena memang munculnya nasyid sampai saat ini identik dengan bulan puasa. Sedangkan bulan-bulan lain nasyid sangat jarang terdengar. Menjelang ramadhan barulah khalayak bisa menyaksikan festival nasyid, lomba nasyid, parade nasyid dan kegiatan yang sejenisnya, padahal di bulan-bulan lain hampir tidak ada acara semacam ini. Biasanya segenap gegap gempita nasyid akan hilang begitu memasuki bulan syawal. Nasyid sampai saat ini baru berhasil menunjukkan eksistensinya ‘hanya’ di bulan ramadhan atau paling maksimal pada hari besar keagamaan islam saja. Di satu sisi ini memang menguntungkan karena mudah mengidentikkan mana yang jenis musiknya nasyid mana yang bukan. Namun demikian banyak hal-hal kurang menguntungkan yang terpaksa harus dialami oleh tim nasyid: sebutan musik kolak, identik dengan hanya pantas untuk segmen khusus, musik pinggiran dan lain sebagainya.

Eksistensi tim nasyid juga mendapatkan tantangan yang berat justru dari dalam tim nasyid sendiri. Masalah pemahaman tim-tim nasyid yang tidak sama, tidak memiliki visi yang jelas, jargon ‘nasyid buat dakwah’ yang baru berupa retorika sampai kepada persoalan bagaimana sebuah tim nasyid menghadapi ‘fans’ yang terus mengidolakan sehingga sering membuat mereka lupa daratan, lupa tujuan bernasyidnya.

Sementara di sisi lain, ada kenyataan dimana pemusik umum diluar nasyid juga melantunkan syair-syair islam, khususnya di bulan ramadhan, sehingga membuat komunitas nasyid kepincut dan memindahkan perhatiannya kepada grup yang melantunkan syair islam tersebut. Semakin banyaknya grup-grup band yang memanfaatkan ramadhan sebagai ajang mendapatkan keuntungan besar dengan berpindah dari kebiasaan berjingkrak di panggung ke penampilan yang sopan dan syair-syair yang menawan. Pengaruh ini ditambah lagi dengan ‘kurang pede’nya komunitas nasyid untuk menampilkan jati dirinya. Para fans nasyid cenderung pasif dan tidak memberikan dukungan yang lebih kongkrit bagi tim-tim nasyid yang dengan susah payah ingin keluar dari lingkungan indie (under ground) menuju major. Komunitas penikmat nasyid menjadi komunitas yang tidak berdaya untuk mengangkat citra tim-tim nasyid ke permukaan sehingga lebih dikenal masyarakat luas

Faktor Penghambat
Mengamati perkembangan saat ini, khususnya di Indonesia, nasyid sebenarnya mengalami peningkatan animo yang cukup bagus. Di tingkat bawah, sekolah-sekolah menengah bahkan sekolah dasar nasyid tetap masih sangat diminati. Sekolah Islam terpadu bahkan sekolah dasar umum rata-rata paling tidak memiliki satu grup nasyid, apalagi di kota-kota besar, gejala ini sangat kentara. Ada lebih kurang 1500 tim nasyid di seluruh Indonesia. Namun demikian sangat sedikit sekali yang berhasil menjejakkan kakinya di tingkat nasional, padahal di Indonesia ragam nasyid cukup variatif mulai dari jenis perjuangan, fashion, langgam sampai puji-pujian tidak seperti negeri jiran malaysia dan singapura yang hanya memiliki satu jenis nasyid yaitu langgam melayu. Ada beberapa faktor mengapa nasyid masih berjalan di bawah bayang-bayang, tidak muncul ke permukaan:
Pertama, kemampuan bernasyid dari tim-tim nasyid yang masih sangat rendah. Tim nasyid lebih dibekali oleh semangat belaka tanpa latar belakang pemahaman bermusik yang memadai. Akibatnya hanya sedikit sekali tim nasyid yang laik tampil dan laik tayang. Sisanya terpaksa harus hanya manggung dari RW ke RW.
Kedua, banyak tim nasyid yang tidak memahami definisi nasyid sehingga mereka hanya ikut-ikutan, tidak memiliki konsep yang jelas bagaimana karakter nasyid dan mau diapakan konsep tadi. Nasyid bukan sekedar seni islam, tapi ia adalah senandung yang menggerakkan orang yang melantunkannya dan orang yang mendengarnya. Nasyid bukan hanya sekedar bagaimana membawakannya namun lebih dari itu ia adalah bagaimana mengamalkan apa yang ada di dalam setiap bait syair yang dibawakan. Nasyid sejatinya adalah mengajak orang untuk berbuat kebaikan dan menjauhi keburukan, seperti halnya seorang da’i yang berceramah, ceramah itu akan jauh lebih bermakna apabila sang da’i adalah orang pertama yang menjalankan setiap perkataan yang disampaikannya dan mencontohkan semua teladan yang diucapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari titik ini maka memaknai nasyid semestinya harus sejalan dengan memaknai islam. Seorang munsyid (pelantun nasyid) semestinya adalah da’i dalam bentuk yang berbeda, apalagi sebuah tim nasyid, mereka adalah para da’i yang berkolaborasi untuk mengajak pemirsanya mengenal islam lebih baik lagi.
Ketiga, pemahaman yang kurang memadai dari kebanyakan tim nasyid dalam menampilkan nasyid itu di tengah-tengah masyarakat. Hal ini menyebabkan nasyid tidak tepat sasaran. Sebagai seni islam, nasyid bukan hanya layak dibawakan dalam suasana, kondisi dan situasi yang umum saja, bahkan nasyid sebenarnya adalah senandung yang berlaku di semua kesempatan umum dan khusus, yang ketika menampilkannya harus mengacu kepada etika islam dalam pergaulan, etika islam dalam berpakaian dan etika islam dalam berekspresi. Karena itu tidak mungkin sebuah tim nasyid membawakan nasyidnya dalam perhelatan yang dalamnya mencampuradukkan yang haq dan yang batil, audience yang sedang mabuk, bercampur antara pria dan wanita atau bahkan dalam pakaian dan ekspresi yang tidak islami.
Keempat, Manajemen tim nasyid yang memang belum memadai untuk membawa timnya ke tengah masyarakat, terutama industri media dan rekaman sehingga kebanyakan tim nasyid baru berhasil menampilkan identitasnya di lingkungan yang jauh dari industri media dan rekaman.
Kelima, komunitas nasyid cenderung tidak ekspresif dan asertif. Komunitas nasyid sering merasa cukup puas apabila tim nasyid kesukaannya bisa tampil di panggung. Mereka kurang mencoba untuk mendorong tim-tim nasyid masuk kedalam acara-acara di stasiun teve, baik lewat surat yang dilayangkan ke stasiun teve tertentu, atau memberi informasi kepada manajemen tim nasyid agar mereka bisa mendapatkan akses menembus stasiun teve nasional. Belajar dari komunitas dangdut misalnya, mereka berhasil menggabungkan seluruh elemen dalam industri musik dangdut: penyanyinya, manajemennya, fans, produser, distributor, event organizer, bahkan masyarakat penggemar dangdut untuk saling bahu membahu meningkatkan citra musik ini, sehingga sampai hari ini dangdut bisa diterima di tengah-tengah masyarakat, eksis berkiprah dan didukung oleh jutaan pemirsa stasiun teve dan media lainnya dari semua level strata ekonomi.

Akhirnya
Komunitas nasyid di Indonesia perlu belajar dari malaysia, yang sampai hari ini telah berhasil mengangkat martabat nasyid sehingga menjadi genre musik sendiri, mendapatkan penghargaan yang sama dengan musik umum dan memberikan pengaruh yang besar dalam industri musik malaysia. Untuk itu dibutuhkan perhatian yang cukup besar dari komunitas nasyid baik tim nasyid, fans nasyid, penggiat nasyid dan komponen nasyid lainnya agar nasyid bisa muncul ke permukaan, bisa diterima lebih luas lagi dan bukan hanya menjadi musik bulan puasa. Perlu sebuah gerakan bernasyid bersama masyarakat luas sehingga nasyid menjadi suguhan setiap hari, setiap saat. Beragam festival, lomba dan parade nasyid harus sering dilakukan agar tim-tim nasyid mendapatkan pengalaman naik panggung disamping juga sebagai sarana sosialisasi nasyid. Perlu pelatihan terpadu bagi tim-tim nasyid pemula agar segera meningkat kemampuannya Dan pada akhirnya perlu dilakukan penyeragaman pemahaman akan hakekat bernasyid sehingga akan tumbuh sebuah generasi nasyid yang dilengkapi dengan pemahaman yang benar tentang nasyid dan berkemampuan baik untuk ditampilkan di tengah masyarakat.


Alamsyah Agus
Ketua Umum Asosiasi Nasyid Nusantara

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More